Rezeki Dalam Perspektif Al-Qur'an
Article

Rezeki Dalam Perspektif Al-Qur'an

  • 23 Sep 2022
  • Zahra Nur Azizah

Konsep rezeki yang awam pahami kebanyakan adalah segala perihal yang didapatkan. Namun, tidak banyak awam yang menyadari secara mendalam bahwa rezeki adalah hasil nyata yang sifatnya ekonimis. Konsep tidak cuma-cuma melatarbelakangi pengertian rezeki di kehidupan awam.

Rezeki atau rizqi atau rizq asalnya dari kata razaqa-yarzuqu-rizqan. Kata rezeki dan turunan katanya telah disebut 123 kali di dalam Qur’an dan 61 diantaranya disebutkan dalam bentuk kata kerja, sebagaimana contohnya dalam Aurah Al Ma’idah ayau 88. Adapun sebanyak 62 kali disebutkan dalam bentuk kata benda, seperti halnya ada pada Surah Al Baqarah ayat 60.

Dalam Al Qur’an, turunan istilah rezeki di antaranya seperti Al Atha yang bermakna pemberian atau anugerah, Al Tha’am yang berarti makanan, Al Fakihah yang artinya buah-buahan, Al Mathar yang artinya hujan, Al Nafaqah adalah nafkah, Al Syukr yang berarti bersyukur, Al Tsawab adalah pahala, dan Al Jannah yang artinya surga.

Demikian pula rezeki memiliki satu-satunya sumber, yaitu Allah SWT Dzat yang Maha Pencipta dan Pemberi langsung rezeki itu. Kadang kala kita menyebut rezeki sebagai nikmat.

Namun, sudahkah kamu merenungi melalui apa rezeki itu turun dan kita peroleh, #KawanAksi?

Manusia hidup tidak lepas dari ikhtiar adalah sebenar-benarnya arti kehidupan, dan rezeki adalah nikmat hasil dari apa yang diperjuangkan adalah tepat. Manusia adalah tempatnya ingin, tempatnya mau, tempatnya angan, dan tempatnya kecenderungan. Manusia pada fitrahnya adalah subyek yang selalu terdorong untuk mendapatkan sesuatu.

Dan, rezeki adalah akumulasi dari apa yang telah manusia upayakan. Tidak melulu mengenai uang saja. Ragam wujud rezeki itu kasat dan tak kasat mata, yang dikerjakan sendiri saja. Tidak dpungkiri bahwa terdapat hasil kerja keras orang banyak di dalamnya.

Oleh karenanya, Islam yang indah ini mengajarkan konsep berbagi yang berdampingan dengan rezeki. Karena usaha kita bukan hanya miliki itu tadi. Jangan lupa bahwa harta kita adalah milik sebagian orang yang membutuhkan uluran tangan kita juga. Karena segala hal yang hakikatnya adalah titipan itu, sebisa mungkin kita rawat untuk kemaslahatan umat. minimal ari lingkup terkecil dulu, untuk merasakan dampak baik dan menjadi sebaik-baiknya hamba Allah Ta’ala.

Semoga harimu menyenangkan, #KawanAksi!